Label produk makanan dan barang bertugas untuk memberikan informasi tentang karakteristik dari produk atau barang tersebut. Misalnya, label makanan memberikan informasi tentang nilai gizi dan berat makanan. Label pakaian menginformasikan tentang ukuran serta bahan pembuatnya, dan lain sebagainya. 

Informasi pada label yang membuat seseorang memutuskan untuk membeli atau tidak produk maupun barang tersebut. Setiap produsen produk dan barang harus mematuhi undang-undang tentang pelabelan. 

Meski demikian, tidak ada larangan memberikan informasi tambahan pada label selama informasi itu benar adanya. Seperti instruksi cara memasak atau cara menyajikan. Meski tidak diperlukan, sebagian besar label produk makanan menyertakan informasi tersebut.

Sebagian besar produk makanan harus mencantumkan beberapa informasi penting. Mulai dari nama resmi makanan, nama dan alamat pemasok, negara asal, penandaan tanggal, daftar bahan, informasi nutrisi, hingga petunjuk penyimpanan. Semua informasi penting harus dalam bahasa negara asal dan/atau disertakan informasi bahasa Inggris.

Selain informasi pada poin pertama yang harus ada di setiap label produk makanan, tak kalah pentingnya pernyataan peringatan atau pernyataan tertentu. Sebagai contoh, pada makanan yang mengandung bahan yang dimodifikasi secara genetik atau kandungan alergen tertentu.

Meski penting, namun beberapa makanan tidak membutuhkan label produk. Seperti contohnya makanan yang langsung dikemas di depan Anda, atau yang diproduksi dan dikemas di mana produk-produk tersebut dijual, misalnya sandwich yang diolah dan kemudian dikemas di tempat itu juga.

Tulisan tersebut diberikan mungkin saja hanya karena rasa, warna atau tekstur makanan itu lebih ringan. Misalnya pada minyak zaitun tidak terlalu kuat, atau pada keripik teksturnya lebih tipis dan tidak terlalu asin.

Keterangan ‘Low Cholesterol’, ‘No Cholesterol’, atau ‘Cholesterol-free’ pada produk makanan seperti minyak atau margarin tidak sepenuhnya benar. Semua minyak nabati sejatinya tidak mengandung kolesterol, namun tinggi lemak.

Label produk makanan dengan tulisan satu ini sangat sukses menarik pembeli. Namun biasanya produk makanan tersebut bisa saja mengandung lebih banyak lemak dibandingkan produk biasa merek lain. Di sini panel nutrisi memegang peran penting.

Kebanyakan pembeli akan berlari ke produk yang memiliki label bertuliskan ‘Dipanggang, Tidak Digoreng’. Karena menurut mereka, produk makanan yang mengolahnya dengan cara dipanggang jauh lebih menyehatkan.

‘Segar’ atau ‘Fresh’ pada label produk sangat sukses menarik konsumen, terlebih bagi kaum wanita yang mulai beralih ke gaya hidup sehat. ‘Segar’ atau ‘Fresh’ lebih berarti produk tersebut tidak diawetkan atau tidak melalui terlalu banyak proses.

Cukup banyak konsumen yang mengabaikan informasi nutrisi pada label makanan ketika mendapatkan keterangan ‘Bebas Pewarna Kimia’, ‘Bebas Perasa Kimia’, ‘Bebas Bahan Aditif’.

Meski sebagian besar konsumen enggan membaca informasi secara lengkap yang tercantum pada label produk makanan, namun label tetap tidak boleh dilewatkan saat Anda sebagai produsen makanan ingin melebarkan sayap penjualan di era digital seperti sekarang ini. Salah satu triknya dengan menyertakan barcode pada label makanan yang Anda produksi.

Label produk dengan barcode kini bisa ditemui di hampir semua barang yang dijual di pasaran. Barcode pada label makanan berfungsi untuk mempermudah pelacakan ketersediaan item yang ada di gudang dengan data yang ada pada komputer.

Tak perlu bingung tentang cara membuat dan mencetak label barcode. Dengan barcode printer dari PT ION Indotek, Anda bisa mendesain dan mencetak sendiri label untuk produk makanan tanpa kesulitan. Untuk solusi lengkap tentang teknologi barcode dan RFID, Anda bisa mengunjungi website kami disini.